Senin, 08 September 2014

Desa Binaan FMIPA UI 2014 Day 1


“All life is an experiment. The more experiments you make the better.” - Ralph Waldo Emerson

Semakin banyak hal baru yang kita lakukan, maka semakin banyak pula yang kita pelajari dari pengalaman tersebut. Ini pula yang terasa pasca mengikuti kegiatan Desa Binaan FMIPA UI 2014 yang dilaksanakan di Kp. Cibuyutan, Desa Sukarasa, Kecamatan Tanjungsari, Bogor, Jawa Barat, Agustus ini. Jalan-jalan. Itu yang pertama kali terpikirkan. Entah mengapa, saat itu yang muncul adalah jiwa petualang, ingin mengunjungi tempat baru, ingin mengenal teman baru, dan ingin melakukan hal baru. Akhirnya sampai pada hari keberangkatan, tanggal 16 Agustus 2014. Sekitar pukul 10 keberangkatan dengan mobil dimulai. Memakan waktu kurang lebih 3 jam. Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan berjalan kaki. Disitulah keajaiban dimulai.


“I love to think of nature as an unlimited broadcasting station, through which God speaks to us every hour, if we will only tune in.” - George Washington Carver.

Pemandangannya, tampak mengagumkan bagi kami semua. Bukit-bukit dan hamparan sawah, sungai, dan rerumputan. Jarang kami melihat pemandangan sepeti ini di perkotaan, Jakarta dan Depok tepatnya. Langsung terbersit dalam hati pujian terhadap-Nya, betapa indahnya alam ciptaan Allah. Melalui alam Allah bicara tentang kekuasaannya. Sayang, selama ini kita kurang menyadari hal ini.

Perjalanan dengan berjalan kaki ditempuh selama 2 jam, mungkin lebih karena banyak berhenti untuk istirahat. Terik matahari benar-benar hampir membuat kami menyerah, berbagai keluhan mulai terlontar di tengah perjalanan. Tapi betapa bahagianya ketika sebagian anak-anak Kp. Cibuyutan menjemput kami di jalan. Dengan muka yang ceria, mereka berjalan, bergantian menyalami tangan kami. Lelahpun seketika hilang. Terlintas dalam benak, betapa hangatnya sambutan yang diberikan, betapa mereka sangat menghargai tamu yang datang ke Kampung mereka.


“You live and learn. At any rate, you live.” ― Douglas Adams, Mostly Harmless

Tempat pertama yang kami sambangi adalah sekolah, MI Mftahushollah II namanya, cat nya yang merah muda dan biru membuatnya menjadi bangunan yang menarik perhatian saya pertama kali. Sederhana, sangat sederhana. Sekolah ini terdiri dari tiga ruang kelas dan satu ruang guru (didalamnya termasuk juga perpustakaan). Berbeda dengan sekolah yang umumnya kita lihat sehari-hari. Sangat sederhana, tapi juga nyaman dan asri dikeliligi pepohonan di sekitarnya. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 6 orang. Saya, Athiyah, Anis, Darin, Kak Ivana dan Rara (dari kimia juga), kami tinggal di rumah Pak Mista.

Setelah selesai urusan pembagian kelompok dan lain-lainnya, kami berangkat ke rumah Pak Mista. Sebenarnya saya belum tahu dimana rumah Pak Mista sebelumnya, tapi kelompok kami diantar Habib yang sebelumnya sudah tahu (juga ada Darin yang sudah tahu). Rumah beliau tersusun atas kayu dan anyaman pagar bambu sebagai temboknya serta anyaman daun (entah daun apa, saya tidak tahu) sebagai atapnya. Berbentuk rumah panggung, rumah itu terlihat sangat mungil. Kami ber-6 duduk di depan rumah karena kebetulan tidak ada orang karena bapak sedang di sekolah mengarahkan teman-teman yang lain, dan ibu.... kami tidak tahu ibu ada dimana. Setelah beberapa menit, kamipun masuk ke dalam. Saat itu keadaannya gelap, karena sudah sore dan listrik belum menyala. Ya, listrik di Kampung Cibuyutan ini memang hanya menyala pada malam hari karena hanya mengandalkan energi yang didapat dari panel surya. Kemandirian ini muncul karena listrik dari PLN belum masuk ke kampung ini.

Malam telah tiba, listrik pun telah menyala dan waktu Shalat Maghrib pun telah tiba. Kami ber-5 (tanpa kak Ivana) pergi ke MCK untuk mengambil wudhu. MCK di kampung ini hanya ada satu, dengan dua kamar mandi dan dua toilet. Terlihat sangat sederhana, cat temboknya pun sudah mulai pudar. Kami pun bergantian mengambil wudhu dan melaksanakan shalat di rumah. Setelah shalat, Pak Mista dan Ibu menyambut kami dengan makan malam yang sederhana, namun rasanya sangat nikmat. Sayangnya saat itu hanya Bapak yang makan bersama kami, ibu tidak ikut karena menurut bapak, ibu sangat pemalu. Kami pun maklum dan melanjutkan makan.

Selepas makan, kami berangkat ke sekolah untuk mandi. MCK sebenarnya letaknya jauh lebih dekat, hanya beberapa meter dari rumah yang kami tinggali. Alasan kami saat itu adalah MCK sedang penuh dan kamar mandi di sekolah lebih terang. Kami berangkat ber-6, dan di perjalanan kami sepakat bahwa kemanapun kami keluar pada malam hari, kami akan keluar bersama, alias ber-6. Setelah mandi kami kembali ke rumah untuk beristirahat. Kami berpikir bagaimana mengatur posisi tidur. Mudah sekali tertidur malam itu, mungkin karena kami sudah lelah mendaki sore harinya. Cerita hari pertama di kampung Cibuyutan pun diakhiri dengan kami yang tertidur lelap.

“I may not have gone where I intended to go, but I think I have ended up where I needed to be.”
― Douglas Adams, The Long Dark Tea-Time of the Soul


to be continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar