Rabu, 04 Mei 2016

Almost is NEVER Enough

Rasanya benar ungkapan yang tertulis diatas,

Bahwa jadi nomor-2 itu tidak akan pernah diingat, lebih lagi diapresiasi. Tidak. Karena sampai kapan pun nomor 2 bukanlah nomor 1.

Penilaian sebatas dari hasil ini seringkali membuat geram. Seolah menghakimi bahwa si nomor 2 tidak lebih berusaha dari si nomor 1. Padahal kenyataannya tidak melulu seperti itu.

Sepintas hati berbisik,
"Tunjukkan saja hasil akhir yang baik, tak peduli itu hasil usahamu atau 'bantuan' orang lain. Sama saja. Yang dilihat hanya hasil, bukan proses."

Seseorang bisa saja mengaku melakukan penilaian berdasarkan proses yang telah dijalani, lau membandingkan si 'nomor 1' dengan si 'nomor 2, 3, 4, dst". Tapi, Hei! Kalian tahu apa tentang usaha yang sudah dilakukan orang lain? Tahu apa tentang pengorbanannya?

Memberi motivasi? Rasanya pernah saya menyaksikan pemberian motivasi yang lebih elegan dari sekedar membandingkan seseorang dengan orang lain.
Haruskah ada unsur penghakiman dalam setiap pemberian motivasi? Jika begitu saya lebih baik tidak mendengar motivasi dari orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar