Rabu, 23 Juli 2014

Sedikit Catatan Saya tentang Pemilihan Presiden 2014

Yap, tahun 2014, tahunnya pesta demokrasi 5 tahunan digelar. Rangkaiannya panjang, memang, tapi disini saya hanya mau menyoroti pemilihan presiden dan wakil presiden saja. Mengapa hanya ini? Simpel, karena ini yang sepertinya paling ramai dibicarakan orang, paling banyak jadi perdebatan orang. Mulai dari perdebatan yang penting, yang biasa saja, hingga yang tidak penting.

Dimulai dari pengumuman pasangan capres-cawapres yang akan bersaing di pilpres 2014. Sepertinya sebagian dari kita sudah bisa menebak siapa saja yang akan maju menjadi capres. Karena bukan rahasia lagi kalau kedua pasangan memang gencar diberitakan akan mencalonkan diri. Sempat terjadi kejutan di kursi cawapres, tidak usah disebutkan apa kejutannya saya yakin teman-teman tahu. Selebihnya tidak ada yang menarik hingga masa kampanye.

Masa kampanye ini yang menarik. Banyak sekali diantara kita yang menyatakan dukungan secara terbuka pada salah satu capres, yang mana menurut saya itu sah-sah saja, karen itu merupakan hak masing-masing. Oke, dukungan terbuka sudah dinyatakan. Si A memilih nomor 1, si B memilih nomor 2. Bentuk dukungan yang diberikan pun berbagai macam, mulai dari yang unik sampai yang udik (norak), mulai dari yang bikin kita mengucap 'Subhanallah' sampai yang buat kita tercengang mengucap 'Astagfirullah'. Pilpres kali ini menang penuh warna.

Yang saya perhatikan dari kedua kubu pendukung, sama sama ada sebagian yang mudah tersulut emosi. Mohon dikoreksi jika saya salah. Berbagai berita yang tersebar (atau disebar), terutama di media elektronik termasuk media sosial seperti facebook dan twitter, sering kali di kotak komentarnya terdapat komentar yang tidak baik. Yang saya maksud disini adalah kata-kata yang kurang sopan, makian bahkan sumpah serapah. Sangat tidak pantas menurut saya dikeluarkan oleh orang yang sudah masuk daftar pemilih (17 tahun +) yang harusnya bisa membedakan mana yang pantas ditulis dan tidak, apalagi kita semua sadar bahwa tulisan itu akan dibaca banyak orang, bahkan mungkin juga anak dibawah 17 tahun.

Konten-konten berita yang beredar di media masa selama masa kampanye (bahkan hingga saat ini) menampakkan berita yang saya katakan (sekali lagi mohon dikoreksi jika saya salah) dapat menggiring dan membentuk opini publik. Ya, publik kita memang sudah cerdas. Tapi apa jika setiap hari diberikan berita-berita seperti itu opininya tidak terbentuk juga? Sedikit banyak menurut saya akan berpengaruh. Kemudian tentang pengalaman saya di media sosial khususnya facebook. Banyak sekali berita-berita provokatif yang dibagikan oleh teman facebook saya, mulai dari yang menjelekan si A maupun si B. Muak rasanya melihat berita yang berpotensi menimbulkan permusuhan ini disebar setiap hari. Sampai-sampai saya terpaksa harus memutuskan pertemanan facebook saya dengan beberapa orang karena sudah tidak tahan lagi dengan hal-hal seperti itu. Mau bilang saya sombong, itu hak kalian.

Kalau yang saya perhatikan, kedua kubu pendukung caprws-cawapres seringkali seperti 'mendewakan' pilihan mereka, menganggap pilihannya paling sempurna dan yang parahnya menjelek-jelekan calon lainnya. Bagian menjelekan ini yang rasanya sangat tidak etis. Saling serang di media sosial, membabi buta menyerang salah satu pasangan capres-cawapres dengan meng-absen keburukan-keburukannya. Ya Allah. Kampanye hitam yang tersebar menyerang kedua pasangan seperti tidak ada habisnya. Kedua pasangan diserang dengan berbagai fitnah. Tidak ada yang paling terdzalimi, karena porsi dan konten kampanye hitam yang diarahkan kepada kedua pasangan sama-sama brutal.

Terkadang saya berpikir. Untuk orang-orang yang menyebarkan hal-hal seperti itu, apa tidak terpikir dampaknya? Bagaimana jika itu menyulut permusuhan? Masalahnya bukan lagi jangka pendek, bahaya. Jika sudah terjadi, mungkin oknum-oknum penyebar berita itu akhirnya hanya akan menyalahkan penulis berita, seakan mereka sendiri tidak punya andil atas permusuhan yang terjadi. Sangat disesalkan. Sebaiknya kedua kubu oendukung tetap tenang dan menjaga diri jangan sampai mengeluarkan statement yang memicu permusuhan. Karena sesungguhnya pemilu yang aman itu adalah tanggung jawab kita semua.

Terakhir tentang pengumuman hasil rekapitulasi suara oleh KPU. Kita semua tahu apa yang terjadi, sebagian besar dari kita tahu masalah itu hanya di permukaan saja, luarnya saja, tapi sudah banyak yang berkomentar. Saya bukannya tidak mau ikut berkomentar tentang hasil keputusan KPU semalam, bukan juga apatis tentang nasib bangsa kedepannya. Tapi sudah terlalu banyak orang yang mengeluarkan pendapatnya. Berbagai pendapat dari yang baik sampai yang kurang baik, dari yang bahasanya sopan sampai yang kurang sopan, dari yang mengejek dan diejek, dari yang optimis sampai yang pesimis, semuanya sudah ada. Tidak perlu lagi ditambahkan dengan pendapat saya yang notabene ilmunya masih sangat sedikit tentang masalah ini. Daripada salah, daripada menyesatkan, daripada menimbulkan permusuhan, saya memilih untuk menyimpan pendapat itu sendiri, mungkin mendiskusikan beberapa poin dengan orang tua dan mendapatkan pandangan mereka. Karena saya yakin diskusi dengan mereka tidak akan menimbulkan konflik atau menyinggung pendukung salah satu pasangan capres-cawapres, jadi lebih aman rasanya. Kerahasiaan pilihan saya juga terjamin oleh mereka. Karena rahasia adalah salah satu asas pemilu, jadi saya berusaha untuk menjaga kerahasiaan pilihan.

Buat saya, siapapun pemimpin Indonesia untuk periode 2014-2019, itu tidak masalah. Selama beliau mampu untuk menjalankan tugasnya dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, menjadi negara dengan rakyat yang makmur dan sejahtera, dan bisa kembali mempersatukan Indonesia.

Selamat untuk Bapak Jokowi dan Jusuf Kalla, semoga bisa mengemban amanat rakyat selama 5 tahun kedepan. Semoga Indonesia bisa jadi negara yang aman dan sejahtera. Kami siap mengawal kinerja bapak. Semoga tidak lupa denga janji-janjinya. Sekali lagi selamat.

Dan terakhir, untuk pendukung kedua pasangan capres-cawapres, kita harusnya lebih dewasa dalam menanggapi isu-isu yang ada. Jangan langsung menghakimi apalagi mengeluarkan sumpah serapah karena pada akhirnya itu hanya akan menimbulkan permusuhan dan menjauhkan kita dari Persatuan.

Salam Damai..